Jumat, 18 Maret 2011

Bidik Kaum Elite, Mandiri Prioritas Diresmikan


Direktur Treasury, Financial Institutions & Special Asset Management Bank Mandiri, Thomas Arifin mengatakan, Mandiri Prioritas pada dasarnya sudah sejak lama diadakan di Padang. Namun bukan dalam bentuk outlet melainkan masih sebatas lounge (ruang tunggu). ”Karena di sini pertumbuhan untuk nasabah prioritas cukup bagus, sehingga diputuskan untuk membuka outlet Mandiri Prioritas di Padang,” jelas Thomas, saat grand opening outlet Mandiri Prioritas dan drive thru ATM, di Jalan Sudirman, kemarin.

Hadir saat grand opening Direktur Corporate Banking, Fransisca N Mok, Asisten II Setprov Sumbar Syafrial S, Kadis Kominfo Padang Hasrul Piliang, manajemen Bank Mandiri Padang, dan nasabah Mandiri Prioritas.

Thomas menyebutkan, Bank Mandiri di Sumbar mampu memberikan kontribusi bagi perekonomian Sumbar. Ini terlihat dari dana pihak ketiga yang berhasil dikumpulkan selama tahun 2010 Rp2,66 triliun dengan pangsa pasar sekitar 17 persen. ”Padang termasuk memberikan kontribusi besar,” puji Thomas.

Bank Mandiri, sebut Thomas, juga memberikan kontribusi dalam pembiayaan seluruh pengusaha di Sumbar. Terlihat, selama periode 2010, portofolio kredit Rp3,56 triliun. Dengan pangsa pasar sekitar 70 persen. ”Di samping dana pihak ketiga, Bank Mandiri juga menyediakan plafon kredit bagi usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) Rp222 miliar,” ungkapnya.

Sementara untuk penyaluran kredit secara nasional, papar Thomas, hingga September 2009 tumbuh Rp231 triliun. ”Sementara, aset Bank Mandiri hingga September 2009 tercatat Rp408 trilun atau 12,2 persen,” katanya.

Asisten II Setprov Sumbar, Syafrial mengajak Bank Mandiri memberikan perhatian ke pedagang kaki lima. Tahun ini, Pemprov Sumbar menyalurkan dana stimulan bagi 2.000 PKL yang berjualan di tempat resmi yang ditentukan oleh pemda masing-masing. Dana stimulan itu akan diberikan Rp1 juta per PKL untuk tahun 2011 ini.

”Dengan kondisi ini, kami juga siap membantu Bank Mandiri menyiapkan data lengkap kondisi PKL di Sumbar. Dengan demikian, Bank Mandiri juga ikut mendongkrak sektor riil di Sumbar,” harapnya. (ril)

waspadai supermoon

Supermoon: Saat  gerhana bulan, jarak bulan dengan bumi dekat sehingga bisa memi

Apakah fenomena Supermoon memicu terjadinya bencana alam? Pertanyaan itu belum lagi terjawab kala gempa bumi diikuti tsunami melanda Jepang, hanya delapan hari sebelum Supermoon berlangsung. 
Sabtu (19/3) mendatang,bulan berada pada jarak paling dekat dengan bumi. Astronom menyederhanakan fenomena itu dengan istilah “lunar perigee” atau yang lebih tenar dengan “Supermoon”.
Sudah pasti, fenomena yang akan berlangsung akhir pekan nanti begitu ditunggu ilmuwan dan para pencinta langit malam. Siapa tidak mau menikmati pemandangan bulan yang tampak begitu rendah, membuatnya sangat dekat dengan tempat kita berdiri? Bagaimanapun, tidak setiap hari kita bisa melihat bulan yang besar membulat. Ditambah lagi, Supermoon mendatang dipastikan sebagai jarak terdekat bulan dengan bumi selama 19 tahun terakhir. Berapa jaraknya? Sekitar 221.567 mil atau 356.577 kilometer dari bumi. Jarak yang sangat dekat, bila urusannya menyangkut posisi bulan dan bumi.Lepas dari kedekatan bumi dan bulan, ada satu perdebatan di balik fenomena Supermoon.
Selama lima dekade terakhir,ada beberapa lunar perigeeyang terus diingat. Dari beberapa kali Supermoon, fenomena yang terjadi Desember 1974 dan Januari 2005 mendapat perhatian khusus. Mengapa? Sebelum dan setelah dua supermoon terjadi, beberapa kawasan dunia diguncang bencana alam. Malam Natal 1974, kota negara bagian Darwin, Australia diterjang topan Tracy. Topan dengan kecepatan maksimal 240 kilometer per jam itu mulai terbentuk 21 Desember, menerjang hebat pada malam Natal,tiga hari kemudian dan menghilang 26 Desember 1974. Berikutnya adalah peristiwa tsunami Aceh, Desember 2004. Dua pekan kemudian— atau awal Januari 2005—bumi dihampiri Supermoon. Yang jadi pertanyaan, apakah benar Supermoon menjadi salah satu pemicu dua bencana alam itu?
Kalau mau bertanya pada ilmuwan, boleh jadi akan nyaris serempak menjawab “tidak”. Sebuah harian Inggris, Telegraph, pernah mengutip pernyataan beberapa ilmuwan. Mereka memang tidak secara terang-terangan berkata “tidak”. Para ilmuwan hanya menyatakan tidak punya bukti bahwa Supermoon bisa memicu bencana alam.Kalaupun kehadiran Supermoon memberi efek terhadap bumi,itu hanyalah air pasang yang lebih tinggi atau air surut yang lebih rendah dari biasanya. Begitu kata ilmuwan. Sementara itu, Sydney Morning Herald kemarin merilis berita terbaru seputar Supermoon.“ Supermoon menjelang. Penganut teori konspirasi percaya itu (Supermoon) akan mengakibatkan“ moona-geddon”,demikian bunyi kepala beritanya. Moonageddon mengacu pada salah satu film terlaris produksi Hollywood,Armageddon.
Apa yang bisa diingat dari Armageddon? Hujan meteor yang menghancurkan pesawat ulang-alik Atlantis.Kemudian, badan antariksa memilih beberapa orang untuk dikirim ke luar angkasa untuk melakukan tugas-tugas tertentu demi menyelamatkan bumi dari kehancuran. Intinya adalah bencana. Demikian juga yang ingin dikedepankan astronom asal Amerika Serikat (AS),Richard Nolle.Kenyataan yang tengah dihadapi, menurut Nolle, Supermoon “sedang dalam perjalanan” mendekati bumi. “Supermoon, kalau mau dilihat lebih dalam,memiliki asosiasi historis dengan terjadinya angin kencang, gelombang tinggi,serta gempa bumi,”kata Nolle kepada ABC Radio,beberapa hari lalu.
Analisis Nolle kemudian dibantah beberapa kelompok ilmuwan yang berbeda kubu. Seperti jawaban Pete Wheeler dari Pusat Internasional Radio Astronomi yang terkutip dalam www.news.com.au.“Tidak akan ada gempa bumi atau erupsi gunung api,kecuali memang sudah seharusnya terjadi,” tegasnya. Begitu pula yang disampaikan astronom dari LaboratoriumAstronomiAustralia, Simon O’Toole.“Saya bisa saja mengatakan bahwa peluang terjadinya bencana alam terkait Supermoon sama besarnya dengan isu bahwa kiamat akan terjadi 21 Desember tahun depan. Jadi, pada dasarnya, (kemungkinan terjadinya bencana alam terkait Supermoon) adalah nol,”tegasnya. Sementara bagi Nolle, Supermoon bagai fenomena gerhana.
“ Kita dikunjungi 5 sampai 6 gerhana dalam setahun. Itu (gerhana) bisa berada sangat dekat dengan bumi. Namun, kita tidak perlu memiliki satu (fenomena gerhana) pada kedekatan maksimal untuk mencari tahu efek yang teramat khusus,”paparnya. Perdebatan tentang Supermoon dan pengaruhnya terhadap kondisi iklim terus timbultenggelam. Hingga sampai pada hari ini,ketika gempa bumi disusul tsunami memorak-porandakan Jepang.Perdebatan itu boleh jadi akan berembus kian kencang. Bagaimana tidak, rasanya baru beberapa hari lalu media massa asing giat mengulas Supermoon pada Desember 1974 dan Januari 2005.
Dan kutipan pernyataan ilmuwan jelas-jelas mengarah pada jawaban negatif, yakni bahwa “tidak, Supermoon tidak memicu terjadinya bencana alam”. anastasia ika 

Bijaksanalah dalam bergaul

Mohonlah petunjuk dan petuah-petuah orang-orang yang beriman dan suci. Jangan bergaul dengan orang yang berbudi hina, sebab akan rendah pula budi kita, jika bersahabat dengan orang berbudi sedang, akan berbudi demikianlah kita jadinya, jika bersahabat dengan orang berbudi utama, utama pulalah jadinya budi kita, meski hanya sedikit saja kepandaian tetapi kalau terus bersahabat dengan orang pandai, maka kepandaian kitapun akan bertanbah luas, meskipun banyak keahlian jika bersahabat dengan oarang yang tidak mempunyai dasar sama sekali, maka akan mengecilah keahlian itu, tidak kelihatan manfaatnya.
Semoga Bermanfaat

Bom Buku untuk Buktikan Intelijen Loyo

Bom Buku untuk Buktikan Intelijen Loyo

Pengamat intelijen AC manulang menilai teror bom buku sebagai bentuk pengelabuan terhadap intelijen. Hal ini mudah saja dilakukan teroris karena lemahnya kerja intelijen Tanah Air.

"Bom buku adalah sebuah rekayasa, jadi itu hanya pengelabuan intelijen. Jadi intelijen kita ini loyo," ujar pengamat intelije AC Manulang, dalam diskusi di Gedug DPR, Senayan, Jakarta, Jumat (18/3/2011).

Karenanya, menurut Manulang, diperlukan kerja intelijen untuk menuntaskan teror ini. Karena hanya intelijen yang bebas berselancar mencari data pelaku teror bom buku.

Manulang juga meminta agar teror bom buku tidak dipolisasi. Karena politisasi bom buku justru mengaburkan pembahasannya.

"Soal masalah bom buku, itu masalah intelijen, bukan politik. Jadi harus dikumpulkan datanya secara totalitas, kalau soal pohon, berarti dari akar sampai daun secara total," tuturnya.

Ia juga berharap polisi memberikan dukungan seperlunya. Karena polisi akan sulit menuntaskan pekerjaan yang seharusnya diselidiki oleh intelijen ini.

"Makanya tadi saya bilang kerja intelijen nggak pantas ditangani polisi. Intelejen beda dengan reserse. Penggalangan data dan buktinya itu berbeda," tandasnya.

[kisah islami]kisah sepanjang jalan

Di stasiun kereta api bawah tanah Tokyo, aku merapatkan mantel wol tebalku erat-erat. Pukul 5 pagi. Musim dingin yang hebat. Udara terasa beku mengigit. Januari ini memang terasa lebih dingin dari tahun-tahun sebelumnya. Di luar salju masih turun dengan lebat sejak kemarin. Tokyo tahun ini terselimuti salju tebal, memutihkan segenap pemandangan.
Stasiun yang selalu ramai ini agak sepi karena hari masih pagi. Ada seorang kakek tua di ujung kursi, melenggut menahan kantuk. Aku melangkah perlahan ke arah mesin minuman. Sesaat setelah sekeping uang logam aku masukkan, sekaleng capucino hangat berpindah ke tanganku. Kopi itu sejenak menghangatkan tubuhku, tapi tak lama karena ketika tanganku menyentuh kartu pos di saku mantel, kembali aku berdebar.
Tiga hari yang lalu kartu pos ini tiba di apartemenku. Tidak banyak beritanya, hanya sebuah pesan singkat yang dikirim adikku, "Ibu sakit keras dan ingin sekali bertemu kakak. Kalau kakak tidak ingin menyesal, pulanglah meski sebentar, kakc". Aku mengeluh perlahan membuang sesal yang bertumpuk di dada. Kartu pos ini dikirim Asih setelah beberapa kali ia menelponku tapi aku tak begitu menggubris ceritanya. Mungkin ia bosan, hingga akhirnya hanya kartu ini yang dikirimnya. Ah, waktu seperti bergerak lamban, aku ingin segera tiba di rumah, tiba-tiba rinduku pada ibu tak tertahan. Tuhan, beri aku waktu, aku tak ingin menyesalc
Sebenarnya aku sendiri masih tak punya waktu untuk pulang. Kesibukanku bekerja di sebuah perusahaan swasta di kawasan Yokohama, ditambah lagi mengurus dua puteri remajaku, membuat aku seperti tenggelam dalam kesibukan di negeri sakura ini. Inipun aku pulang setelah kemarin menyelesaikan sedikit urusan pekerjaan di Tokyo. Lagi-lagi urusan pekerjaan.
Sudah hampir dua puluh tahun aku menetap di Jepang. Tepatnya sejak aku menikah dengan Emura, pria Jepang yang aku kenal di Yogyakarta, kota kelahiranku. Pada saat itu Emura sendiri memang sedang di Yogya dalam rangka urusan kerjanya. Setahun setelah perkenalan itu, kami menikah.
Masih tergambar jelas dalam ingatanku wajah ibu yang menjadi murung ketika aku mengungkapkan rencana pernikahan itu. Ibu meragukan kebahagiaanku kelak menikah dengan pria asing ini. Karena tentu saja begitu banyak perbedaan budaya yang ada diantara kami, dan tentu saja ibu sedih karena aku harus berpisah dengan keluarga untuk mengikuti Emura. Saat itu aku berkeras dan tak terlalu menggubris kekhawatiran ibu.
Pada akhirnya memang benar kata ibu, tidak mudah menjadi istri orang asing. Di awal pernikahan begitu banyak pengorbanan yang harus aku keluarkan dalam rangka adaptasi, demi keutuhan rumah tangga. Hampir saja biduk rumah tangga tak bisa kami pertahankan. Ketika semua hampir karam, Ibu banyak membantu kami dengan nasehat-nasehatnya. Akhirnya kami memang bisa sejalan. Emura juga pada dasarnya baik dan penyayang, tidak banyak tuntutan.
Namun ada satu kecemasan ibu yang tak terelakkan, perpisahan. Sejak menikah aku mengikuti Emura ke negaranya. Aku sendiri memang sangat kesepian diawal masa jauh dari keluarga, terutama ibu, tapi kesibukan mengurus rumah tangga mengalihkan perasaanku. Ketika anak-anak beranjak remaja, aku juga mulai bekerja untuk membunuh waktu.
Aku tersentak ketika mendengar pemberitahuan keretaNarita Expres yang aku tunggu akan segera tiba. Waktu seperti terus memburu, sementara dingin semakin membuatku menggigil. Sesaat setelah melompat ke dalam kereta aku bernafas lega. Udara hangat dalam kereta mencairkan sedikit kedinginanku. Tidak semua kursi terisi di kereta ini dan hampir semua penumpang terlihat tidur. Setelah menemukan nomor kursi dan melonggarkan ikatan syal tebal yang melilit di leher, aku merebahkan tubuh yang penat dan berharap bisa tidur sejenak seperti mereka. Tapi ternyata tidak, kenangan masa lalu yang terputus tadi mendadak kembali berputar dalam ingatanku.
Ibu..ya betapa kusadari kini sudah hampir empat tahun aku tak bertemu dengannya. Di tengah kesibukan, waktu terasa cepat sekali berputar. Terakhir ketika aku pulang menemani puteriku, Rikako dan Yuka, liburan musim panas. Hanya dua minggu di sana, itupun aku masih disibukkan dengan urusan kantor yang cabangnya ada di Jakarta. Selama ini aku pikir ibu cukup bahagia dengan uang kiriman ku yang teratur setiap bulan. Selama ini aku pikir materi cukup untuk menggantikan semuanya. Mendadak mataku terasa panas, ada perih yang menyesakkan dadaku. "Aku pulang bu, maafkan keteledoranku selama inic" bisikku perlahan.
Cahaya matahari pagi meremang. Kereta api yang melesat cepat seperti peluru ini masih terasa lamban untukku. Betapa masih jauh jarak yang terentang. Aku menatap ke luar. Salju yang masih saja turun menghalangi pandanganku. Tumpukan salju memutihkan segenap penjuru. Tiba-tiba aku teringat Yuka puteri sulungku yang duduk di bangku SMA kelas dua. Bisa dikatakan ia tak berbeda dengan remaja lainnya di Jepang ini. Meski tak terjerumus sepenuhnya pada kehidupan bebas remaja kota besar, tapi Yuka sangat ekspresif dan semaunya. Tak jarang kami berbeda pendapat tentang banyak hal, tentang norma-norma pergaulan atau bagaimana sopan santun terhadap orang tua.
Aku sering protes kalau Yuka pergi lama dengan teman-temannya tanpa idzin padaku atau papanya. Karena aku dibuat menderita dan gelisah tak karuan dibuatnya. Terus terang kehidupan remaja Jepang yang kian bebas membuatku khawatir sekali. Tapi menurut Yuka hal itu biasa, pamit atau selalu lapor padaku dimana dia berada, menurutnya membuat ia stres saja. Ia ingin aku mempercayainya dan memberikan kebebasan padanya. Menurutnya ia akan menjaga diri dengan sebaik-baiknya. Untuk menghindari pertengkaran semakin hebat, aku mengalah meski akhirnya sering memendam gelisah.
Riko juga begitu, sering ia tak menggubris nasehatku, asyik dengan urusan sekolah dan teman-temannya. Papanya tak banyak komentar. Dia sempat bilang mungkin itu karena kesalahanku juga yang kurang menyediakan waktu buat mereka karena kesibukan bekerja. Mereka jadi seperti tidak membutuhkan mamanya. Tapi aku berdalih justru aku bekerja karena sepi di rumah akibat anak-anak yang berangkat dewasa dan jarang di rumah. Dulupun aku bekerja ketika si bungsu Riko telah menamatkan SD nya. Namun memang dalam hati ku akui, aku kurang bisa membagi waktu antara kerja dan keluarga.
Melihat anak-anak yang cenderung semaunya, aku frustasi juga, tapi akhirnya aku alihkan dengan semakin menenggelamkan diri dalam kesibukan kerja. Aku jadi teringat masa remajaku. Betapa ku ingat kini, diantara ke lima anak ibu, hanya aku yang paling sering tidak mengikuti anjurannya. Aku menyesal. Sekarang aku bisa merasakan bagaimana perasaan ibu ketika aku mengabaikan kata-katanya, tentu sama dengan sedih yang aku rasakan ketika Yuka jatau Riko juga sering mengabaikanku. Sekarang aku menyadari dan menyesali semuanya. Tentu sikap kedua puteri ku adalah peringatan yang Allah berikan atas keteledoranku dimasa lalu. Aku ingin mencium tangan ibu....
Di luar salju semakin tebal, semakin aku tak bisa melihat pemandangan, semua menjadi kabur tersaput butiran salju yang putih. Juga semakin kabur oleh rinai air mataku. Tergambar lagi dalam benakku, saat setiap sore ibu mengingatkan kami kalau tidak pergi mengaji ke surau. Ibu sendiri sangat taat beribadah. Melihat ibu khusu' tahajud di tengah malam atau berkali-kali mengkhatamkan alqur'an adalah pemandangan biasa buatku. Ah..teringat ibu semakin tak tahan aku menanggung rindu. Entah sudah berapa kali kutengok arloji dipergelangan tangan.
Akhirnya setelah menyelesaikan semua urusanboarding-pass di bandara Narita, aku harus bersabar lagi di pesawat. Tujuh jam perjalanan bukan waktu yang sebentar buat yang sedang memburu waktu seperti aku. Senyum ibu seperti terus mengikutiku.Syukurlah, Window-seat, no smoking area, membuat aku sedikit bernafas lega, paling tidak untuk menutupi kegelisahanku pada penumpang lain dan untuk berdzikir menghapus sesak yang memenuhi dada. Melayang-layang di atas samudera fasifik sambil berdzikir memohon ampunan-Nya membuat aku sedikit tenang. Gumpalan awan putih di luar seperti gumpalan-gumpalan rindu pada ibu.
Yogya belum banyak berubah. Semuanya masih seperti dulu ketika terakhir aku meninggalkannya. Kembali ke Yogya seperti kembali ke masa lalu. Kota ini memendam semua kenanganku. Melewati jalan-jalan yang dulu selalu aku lalui, seperti menarikku ke masa-masa silam itu. Kota ini telah membesarkanku, maka tak terbilang banyaknya kenangan didalamnya. Terutama kenangan-kenangan manis bersama ibu yang selalu mewarnai semua hari-hariku. Teringat itu, semakin tak sabar aku untuk bertemu ibu.
Rumah berhalaman besar itu seperti tidak lapuk dimakan waktu, rasanya masih seperti ketika aku kecil dan berlari-lari diantara tanaman-tanaman itu, tentu karena selama ini ibu rajin merawatnya. Namun ada satu yang berubah, ibu...
Wajah ibu masih teduh dan bijak seperti dulu, meski usia telah senja tapi ibu tidak terlihat tua, hanya saja ibu terbaring lemah tidak berdaya, tidak sesegar biasanya. Aku berlutut disisi pembaringannya, "Ibu...Rini datang, bu..", gemetar bibirku memanggilnya. Ku raih tangan ibu perlahan dan mendekapnya didadaku. Ketika kucium tangannya, butiran air mataku membasahinya. Perlahan mata ibu terbuka dan senyum ibu, senyum yang aku rindu itu, mengukir di wajahnya. Setelah itu entah berapa lama kami berpelukan melepas rindu. Ibu mengusap rambutku, pipinya basah oleh air mata. Dari matanya aku tahu ibu juga menyimpan derita yang sama, rindu pada anaknya yang telah sekian lama tidak berjumpa. "Maafkan Rini, Bu.." ucapku berkali-kali, betapa kini aku menyadari semua kekeliruanku selama ini.
***

Kamis, 20 Januari 2011

Sang Pemimpin

Buat jadi seorg pemimpin ga mudah, butuh kepribadian yg tegas n tdk pantang menyerah.
Butuh pengorbanan & kerja keras, bukan begitu???
Kalau tidak dimulai dri skrng, mau kapan lg??
Sebisa mungkin hrs dimulai sejak dini, agar terbisa nantix.
Sikap pemimpin hrs bs kta tumbuhkn dimna sja kta berada.

Sang pemimpin ialah seseorg yg mau & mampu berada dlm keadaan yg sulit.
Mampu & bsa menyelesaikn  msalh rakyatx, wlwpun itu sulit & penuh hambatan.
Bisa merasakn penderitaan sesamax jd jgn pntng menyerah, oke????
Mulai dri skrng kta biasakn memiliki sikap pemimpin yg baek.
now & forever................